Android benar-benar telah berkembang secara pesat. Perkembangan ini dimulai sejak awal kehadirannya, hingga saat ini di mana sosoknya sudah ada di mana-mana.
Harga yang ditawarkan pun semakin lama semakin murah, namun dengan kualitas spesifikasi yang justru semakin mumpuni.
Teringat kembali di masa-masa itu, ketika awal kehadirannya, hitungan speed processor Android masih dalam satuan MHz saja.
Pada kisaran tahun 2012-2013, berbagai tipe HP Android kelas low-end dan kelas mainstream sudah mulai banyak menawarkan processor dual-core dengan speed di atas 1 GHz.
Lalu saat ini, HP quad-core sampai octa-core sudah semakin berkembang, bahkan berada di kisaran harga yang relatif murah.
Pertanyaannya, apakah HP murah tersebut kencang performanya?
Sebenarnya tidak juga, karena seiring perkembangan spesifikasi, aplikasi-aplikasi yang ada pun ikut berkembang, sehingga baik itu dulu ataupun sekarang, mungkin tidak jauh beda terasanya.
Akhirnya, untuk orang-orang pemegang HP low-end (termasuk saya) mulai mengoptimalisasi HP-nya dengan beragam cara, yang tentu saja optimasi ini kebanyakan membutuhkan akses root.
Daftar Isi
Apa Itu Root di HP Android?
Root adalah sebuah proses yang bisa membuat pengguna smartphone atau tablet bersistem operasi Android, punya akses penuh untuk mengubah atau memodifikasi sistem Android mereka.
Root biasanya dipakai oleh orang-orang yang senang mengotak-atik HP, ingin mempercantik tampilan, sampai mendapatkan performa yang lebih baik dari sebelumnya.
Dengan root, kita bisa mengubah-ubah pengaturan sistem, bahkan mengganti ROM bawaan Android (disebut custom ROM).
Apa Saja Resiko Root Android?
Tapi, untuk saat ini, tidak hanya pengguna HP low-end saja yang melakukan root terhadap HP-nya. Pengguna HP atau tablet high-end pun sudah sangat banyak yang nekad me-root gadget yang dimilikinya.
Saya sendiri, saat pertama kali memegang HP Android, langsung mengotak-atik, melakukan root, dan menginstal custom ROM di HP saya. Hasilnya memang cukup memuaskan.
Selain itu, tidak sedikit juga orang yang bilang:
- “HP tidak di-root itu tidak enak dipakai”.
- “HP tanpa root hanya gitu-gitu saja”.
- “Kalau HP tidak di-root rasanya tidak gurih”.
- Dan ungkapan-ungkapan sejenisnya.
Nah, yang bilang seperti ini khususnya buat yang hobi modifikasi, seperti yang saya katakan tadi. Hehe.
Tapi, root itu bukan tanpa resiko, lho. Banyak resiko-resiko yang didapat jika Anda nekad melakukan root. Resikonya ada yang ringan, dan ada juga yang berat.
Untuk Amda yang tertarik untuk melakukan root, maka hukumnya wajib bagi Anda untuk membaca tulisan ini sampai habis, guna menambah pengetahuan Anda tentang root. Lalu, apa saja resiko dari melakukan root? Berikut ini pembahasannya:
1. Root Menghilangkan Garansi
Resiko pertama, adalah hilangnya garansi. Pasti Anda sudah pernah mendengarnya bukan?
Ini adalah resiko yang benar adanya. Ketika HP Anda sudah berhasil root, maka HP tersebut akan langsung kehilangan garansinya.
Hal ini disebabkan karena kita telah mengubah akses sistem menjadi full, yang beresiko dapat merusak sistem-sistem bawaan (akan dijelaskan di poin-poin selanjutnya).
Oleh karenanya, kebanyakan vendor smartphone atau tablet tentu tidak mau ambil resiko hanya untuk memperbaiki perangkat yang rusak karena root. Bisa-bisa rugi.
Tapi, apakah semua vendor tidak mengizinkan produknya di-root?
Tentu saja tidak. Ada beberapa vendor smartphone atau tablet yang mengizinkan produknya di-root. Ada yang bebas, dan kadang ada juga yang memiliki persyaratan tertentu.
Nah, untuk masalah garansi sendiri, masih bisa kembali lagi kalau HP yang sudah di-root tadi di-unroot kembali.
Unroot sendiri merupakan sebuah proses untuk menghilangkan akses full pada sistem Android, agar menjadi terbatas kembali seperti sedia kala.
Nah, ‘katanya’ sih unroot itu bisa mengembalikan garansi HP yang tadinya di-root. Tapi saya belum tahu pasti, karena saya belum pernah mengalami HP yang di-root rusak, lalu masuk service center.
2. Proses Root Berpotensi Merusak Sistem
Pada beberapa kasus, proses rooting juga bisa berpotensi merusak sistem. Apalagi kalau tata cara root-nya tidak tepat. Rusak di sini biasanya berupa bootloop.
Bootloop merupakan kerusakan di mana Android tidak bisa masuk ke dalam sistem, melainkan hanya stuck di logo dan terus berulang-ulang tanpa henti (looping).
Tapi, untuk resiko ini, Anda bisa tenang. Sebab, asal cara root-nya benar, potensi rusak seperti ini sangat jarang terjadi.
3. Root Bisa Menyebabkan Android Tidak Stabil
Kalau ada yang bilang mending di-root supaya Android lebih cepat dan stabil, maka itu salah. Android yang di-root, lalu dikustomisasi dengan cara yang salah, justru bisa membuat Android jadi semakin lambat.
Contoh mudahnya seperti pemasangan tweak yang salah. Ini justru akan memberatkan kinerja HP. Contoh lainnya adalah custom ROM.
Untuk memasang custom ROM, maka kita butuh akses root terlebih dahulu. Nah, banyak yang berpikir bahwa custom ROM itu lebih cepat dan stabil dibanding ROM bawaan alias stock ROM. Ini juga salah.
Kebanyakan stock ROM sudah diatur sedemikian rupa oleh pabrik, agar kinerjanya stabil dan ringan. Karena kalau tidak, pasti banyak pengguna yang komplain soal beratnya kinerja smartphone tersebut.
Memang sih ada kasus-kasus pada HP BM (Black Market), di mana ROM bawaannya tidak stabil. Tapi ini tidak akan saya bahas di sini. Daripada beli HP BM, mending cari yang resmi-resmi saja.
4. Keamanan Menurun Termasuk Salah Satu Resikonya
Lanjut lagi, sekarang masalah keamanan. Mudah saja, logikanya karena akses sistem yang jadi tidak terbatas, akan memberi celah kepada program-program ilegal (baca: virus) untuk merusak sistem.
Walaupun sebenarnya untuk kasus sistem yang sampai rusak masih jarang. Biasanya, virus-virus berbentuk iklan yang paling sering muncul secara tiba-tiba.
Namun, bukan ini yang paling berbahaya. Android, biasanya dipakai untuk menyimpan informasi-informasi pribadi, sampai data banking.
Resiko lain di sini, bukan tidak mungkin ada program ilegal yang bisa meretas HP kita, sehingga menyebabkan tercurinya data-data informasi pribadi (cyber crime). Jadi, jika HP Anda digunakan untuk urusan pekerjaan, saran saya lebih baik jangan di-root.
5. Beresiko Masalah Update Sistem
Banyak sekali vendor smartphone -terutama vendor-vendor raksasa- yang memberikan update sistem operasi atau kemanan secara berkala pada ROM bawaan mereka.
Update ini ditujukan untuk memperbaiki bug serta memperstabil ROM yang dipakai. Nah, jika Android di-root, akan ada kemungkinan terjadi kerusakan akibat update sistem ini.
Biasanya ini terjadi akibat ketidakcocokan file sistem yang di-update akibat modifikasi setelah root. Jadi, intinya kalau HP di-root = tidak bisa update sistem (walau tidak selalu).
6. Ada Aplikasi Bawaan Smartphone yang Mati/Rusak
Di beberapa kasus, ada smartphone yang fitur atau aplikasi bawaannya malah jadi error setelah root. Untuk poin ini, kejadiannya lumayan sering dijumpai, bahkan di banyak merk smartphone.
Rusak aplikasi bawaan ini, contohnya alarm jadi tidak berfungsi, kamera yang jadi tidak dapat digunakan (unable), atau mempengaruhi aplikasi lainnya.
Ngomong-ngomong, tipe smartphone yang saya pakai juga punya masalah seperti ini setelah di-root. Buat mengembalikannya lagi susah.
7. Android Mati (Brick)
Terakhir, adalah kasus Android mati. Kondisi ini, di mana Android tidak menunjukkan tanda-tanda menyala sama sekali. Ada juga yang hanya menunjukkan tanda getar atau sedikit suara, tapi layar tidak menyala sama sekali.
Kalau sudah begini, maka mau tidak mau harus dilakukan flashing ulang kalau ingin bisa menyala kembali.
Untuk kondisi yang lebih parah lagi, ada juga kerusakan EMMC yang disebabkan karena seringnya menginstal custom ROM. Kalau terjadi kerusakan di komponen ini, maka smartphone jadi tidak bisa di-flash.
Kalau masih mau di-flash, maka harus ganti dulu EMMC-nya seharga ratusan ribu. Kebayang kalau HP yang dipakai adalah tipe lama, di mana harga bekasnya saja hanya selisih sedikit.
Baca juga: Cara Melihat Password WiFi yang Tersimpan di Android.
Apakah Rooting Android Berbahaya?
Setelah membaca pembahasan di atas, tertera 7 poin resiko dari rooting Android. Tapi, sebenarnya apakah rooting berbahaya?
Jawabannya iya. Relatif berbahaya, khususnya untuk pemula.
Jika Anda belum pengalaman memegang HP android, disarankan jangan langsung melakukan root. Karena Anda tidak tahu masalah apa yang suatu saat akan dihadapi akibat rooting Android ini.
Beda lagi kalau sudah pengalaman. Rooting Android justru akan lebih banyak mendatangkan keuntungan. Contohnya, kita bisa memindahkan data dari internal memori ke SD card.
Opsi backup juga jadi jauh lebih baik, karena rata-rata aplikasi backup butuh akses root. Terutama untuk backup aplikasi-aplikasi berkapasitas besar.
Makanya nggak heran ada orang yang sampai bilang “saya kalau Android nggak di-root“.
Baca lengkapnya di: Manfaat Root HP Android.
Akhir Kata
Rooting Android memiliki beragam resiko yang lumayan berbahaya. Tapi, resiko ini sebanding juga dengan keuntungan yang akan didapatkan nantinya.
Kustomisasi yang tidak terbatas menjadi salah satu alasan kenapa root itu wajib bagi sebagian pengguna Android. Tapi sekali lagi, semuanya bergantung kepada kebutuhan masing-masing.
Jika kebutuhan sehari-hari sudah cukup, maka lebih baik jangan melakukan root. Apalagi kalau Android yang digunakan digunakan untuk pekerjaan. Resikonya jauh lebih tinggi dibanding penggunaan biasa.
Punya pertanyaan seputar tema artikel kali ini? Silakan kirimkan pertanyaan Anda lewat kolom komentar yang tersedia di bawah ini, ya!
Demikianlah pembahasan soal resiko melakukan root di HP Android. Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa menambah wawasan kita semua.
4 comments
Bang Minta Kontak Abang Bang ? Aku mau Belajar Tentang Android ? Please Ajarin Aku ?
Gimana yah kak, rahasia sih 😀
Kalau proses unroot bahayanya apa saja kak?
Terimakasih
Kurang lebih proses unroot kalau tidak tepat bisa bikin bootloop kak